Langsung ke konten utama

Corona Virus (COVID19)

Teruntuk virus corona 

Tega pikir ku.
Setitik dirimu menggemparkan dunia
setitik dirimu menyeludup hingga seluruh bangsa
Terbuat dari apa hatimu? 
Hingga ribuan insan berpulang
Hingga ribuan tangis pecah, 'tak ucap kata pisah
Nahasnya manusia kau buat!
Cepatlah pergi! Kami rindu bumi kami

Corona,lihatlah! 
Langit membiru hari ini, apa itu baik?
Ku harap. Bumi semakin sehat ku lihat.
Manusia menepi, Bumi menepi, Mahluk menepi.
Sunyi, tak ada asap, tak ada mesin, tak ada lalu lalang.
Semua menepi sejenak, entah menjadi berkat atau kutuk darimu.

Tuhan, kapan ini berakhir? 
Manusia merasa tak sanggup menepi
Hari raya pun menjadi terpuruk
Kami rindu kami yang dulu 
Cepat lah pulih bumi ku 
Cepat lah pergi Corona!

#CF

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sewajarnya

Manusia datang dan pergi,  Dengan berbagai alasan. Ada yang permisi,  Ada pula yang pergi begitu saja.  Hidup tidak bisa bergantung dengan manusia Karena raga dan jiwa manusia sulit ditebak.  Niscaya, siapa yang tahu hati manusia?  Berkawan lah sewajarnya,  Mencintai lah sewajarnya  Karena esok belum tentu,  Dia yang kau cinta,  Dan dia yang kau sayang memiliki perasaan yang sama tiap harinya. Hari ini aku belajar sewajarnya.  -aku yang tidak percaya akan cinta. #CF

Hujan Risau

Kini hujan membangunkan ku Kini hujan menemaniku Hujan membawa ku hanyut Dalam rintikan dawai seirama Hujan dan malam senyawa dengan dinginnya sepi Hujan dan malam menyatu tiada berkutik Waktu tak berdetik cepat Seakan waktu menghitung tiap rintikan hujan Hujan menemaniku dalam risaunya rindu Hujan seakan menertawakan ku Hujan seakan menteriakan ku Akan besarnya petir yang akan datang Hujan...

Tidak Penting

  Tidak penting Dua kata namun sangat menyakitkan Katamu, katanya, dan kata mereka Ceritaku sangat tidak penting Aku berpikir, apa aku terlalu banyak bicara? Sampai - sampai kata "tidak penting", Menjadi sebuah bumerang bagiku Sejujurnya, aku hanya tidak tahu saja Bagaimana mengekspresikan apa yang ada dihatiku Aku hanya mampu bercerita dengan jelinya Sehingga mungkin membuat pendengarku tidak nyaman Lain kali, aku hanya menjadi telinga Biar kalian menjadi bibirnya, aku bisu Aku berpikir, lebih baik diam dan mendengar Daripada mengatakan yang tidak penting untuk didengar Aku hancur, jujur Namun tidak apa, aku hanya harus terbiasa Terbiasa untuk mendengar dan menyimpan ceritaku sendiri Apa aku tidak cukup pandai bercerita? Atau mereka hanya ingin didengar tanpa mendengar kembali? Aku sadar, yang mengerti diri kita hanya diri sendiri Kadang bercerita apa yang terjadi hari ini, dimalam hari Membuat dadaku sesak, menjadi lega setelahnya Maaf atas segala ce