Langsung ke konten utama

Tidak Ada Mawar Ketiga #prolog

#prolog soal rasa

aku kamu diantara kita yang pernah menyatu 

Dan sekarang membuat jarak antara jurang 
Tak memiliki titik temu dan dikelilingi tembok berbata merah 
Kita pernah menjadi dua 
Sebelum akhirnya melepaskan diri, menjadi seorang kembali. 
Lucu cinta itu. 
Aku terombang ambing dibuatnya,
Menjadikan aku bergantung pada mu, 
Dan melepaskan aku dari mu 
Tanpa pernah mengajari aku bagaimana hidup tanpamu. 
Aku pun terjebak diruang kenangan, 
Sedang kamu selayaknya sedang bahagia disana
Aku pun terjebak diruang kemanjaan, 
sedang kamu sedang memandirikan diri untuk memanjakan yang lain. 
Aku terpuruk. Jatuh. Hilang. 
Dan kau pun tak ada. 

Aku mawar pertama dan kedua. 

Tak ada ketiga, bukan aku, bukan kita. 
Entah siapa. Mungkin dia. 
Aku mawar pertama dan kedua. 
Menyimpan paksa kenangan hingga mengering, dan utuh. 
Kau pun memberi mawar ketiga segar itu bukan pada ku. 
Bukan kita, entah siapa, mungkin dia. 
Tidak ada mawar ketiga. 
yang ada hanya durinya yang masih tertancap hingga saat ini. 
Tidak ada mawar ketiga, lagi. 
Tidak bukan aku, kau, apalagi kita.
Cukup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sewajarnya

Manusia datang dan pergi,  Dengan berbagai alasan. Ada yang permisi,  Ada pula yang pergi begitu saja.  Hidup tidak bisa bergantung dengan manusia Karena raga dan jiwa manusia sulit ditebak.  Niscaya, siapa yang tahu hati manusia?  Berkawan lah sewajarnya,  Mencintai lah sewajarnya  Karena esok belum tentu,  Dia yang kau cinta,  Dan dia yang kau sayang memiliki perasaan yang sama tiap harinya. Hari ini aku belajar sewajarnya.  -aku yang tidak percaya akan cinta. #CF

Hujan Risau

Kini hujan membangunkan ku Kini hujan menemaniku Hujan membawa ku hanyut Dalam rintikan dawai seirama Hujan dan malam senyawa dengan dinginnya sepi Hujan dan malam menyatu tiada berkutik Waktu tak berdetik cepat Seakan waktu menghitung tiap rintikan hujan Hujan menemaniku dalam risaunya rindu Hujan seakan menertawakan ku Hujan seakan menteriakan ku Akan besarnya petir yang akan datang Hujan...

Tidak Penting

  Tidak penting Dua kata namun sangat menyakitkan Katamu, katanya, dan kata mereka Ceritaku sangat tidak penting Aku berpikir, apa aku terlalu banyak bicara? Sampai - sampai kata "tidak penting", Menjadi sebuah bumerang bagiku Sejujurnya, aku hanya tidak tahu saja Bagaimana mengekspresikan apa yang ada dihatiku Aku hanya mampu bercerita dengan jelinya Sehingga mungkin membuat pendengarku tidak nyaman Lain kali, aku hanya menjadi telinga Biar kalian menjadi bibirnya, aku bisu Aku berpikir, lebih baik diam dan mendengar Daripada mengatakan yang tidak penting untuk didengar Aku hancur, jujur Namun tidak apa, aku hanya harus terbiasa Terbiasa untuk mendengar dan menyimpan ceritaku sendiri Apa aku tidak cukup pandai bercerita? Atau mereka hanya ingin didengar tanpa mendengar kembali? Aku sadar, yang mengerti diri kita hanya diri sendiri Kadang bercerita apa yang terjadi hari ini, dimalam hari Membuat dadaku sesak, menjadi lega setelahnya Maaf atas segala ce